Rabu, 26 Februari 2014

Sinopsis Anime : Akachan To Boku Episode 2



Minoru menangis di pelukan Mama Takuya. Mama Takuya meminta Minoru untuk tersenyum. Papa Takuya sedang memfokuskan kameranya ke arah Mama Takuya dan Minoru. Setelah siap, Papa Takuya memanggil Takuya yang sedang bermain sepak bola sendiri. Takuya pun berlari kea rah Papanya.
“Bolehkah aku yang pencet tombolnya?” tanya Takuya.
“Kau yakin? Posisinya sudah sempurna jadi jangan sentuh apapun, oke?” jawab Papa Takuya.
“Percayakan padaku, Papa,” kata Takuya.
Papa Takuya pun berlari ke arah Mama dan Minoru. Ia mencoba menghibur Minoru agar tidak menangis. Setelah semua siap, Takuya pun berlari kea rah Mama dan Papanya. Karena kurang berhati-hati ia pun tersandung oleh bolanya dan terjatuh. Melihat Takuya terjatuh, Minoru pun tertawa. Takuya beranjak dan berpose walaupun wajahnya penuh dengan tanah.

Mama Takuya telah meninggal dunia. Meninggalkan Papa Takuya, Takuya  dan Minoru. Minoru tidak memiliki kenangan dengan Mama Takuya. Takuya pun berpikir bahwa Minoru tidak merasa kesepian. Namun, sesungguhnya ia merasa kasihan pada Minoru. Karena ia adalah kakaknya.
Takuya melihat kea rah Minoru yang sedang asyik menonton TV. Minoru menari-nari menirukan gerakan tari yang ada di TV. “Eh, aku kan tidak tahu apakah Minoru kesepian atau tidak,” kata Takuya dalam hati.
Papa menegur Takuya. Ia meminta Takuya untuk mengantarkan Minoru ke TK pagi itu. Takuya pun berkata bahwa ia baru saja akan pergi. Takuya pun berkata pada Minoru yang masih asyik menari bahwa ia akan mengantarkan Minoru ke TK hari ini.
“Dan satu hal lagi, Papa ada rapat hari ini jadi akan pulang larut malam,” kata Papa Takuya.
“Oh, begitu.”
“Aku minta maaf mengenai makan malamnya, tapi…,” kata Papa Takuya khawatir.
“Tak apa Papa! Aku akan memesan sesuatu,” kata Takuya.

Papa Takuya memeluk Takuya dan mengatakan bahwa Takuya adalah anak laki-laki yang bisa diandalkan. Minoru iri karena hanya Takuya yang dipuji Papa. Papa Takuya pun mengatakan bahwa Minoru juga anak baik. Lalu Takuya menggandeng tangan Minoru untuk segera berangkat ke TK Minoru. Papa Takuya menemukan dompet Takuya yang tertinggal. Tanpa sengaja ia mlihat foto keluarga yang ada di dompet Takuya.
“Takuya! Ini, dompetmu, dompetmu,” panggil Papa Takuya sambil berjalan ke depan pintu dan memberikan dompet Takuya pada Takuya.
“Oh, aku lupa,” kata Takuya. “Aku seharusnya membeli popok Minoru sepulang sekolah.”
Papa Takuya tertawa. “Kau belum pernah membawa dompet sebelumnya, kan?” Takuya dan Minoru pun berpamitan pada Papa Takuya dan berangkat menuju TK.
 Di TK, suasanya begitu ramai. Banyak sekali orangtua yang mengantarkan anaknya. Minoru berlari dengan diikuti Takuya yang takut Minoru terjatuh. Langkah Minoru terhenti. Takuya pun ikut berhenti. Minoru melihat ke arah ibu-ibu yang sedang mengantarkan anaknya. Ia menatap Minoru dan mencoba memahami apa yang dirasakan Minoru.
Di dalam lapangan TK, seorang pria berkostum babi membawa sebuah keranjang berisi permen dan memberikan permen untuk anak-anak. Semua anak-anak pun berlari menghampirinya untuk meminta permen. Ternyata pria berkostum itu adalah Pak Kepala Sekolah.
“Ini adalah hadiah untuk anak-anak yang semangat dan rajin datang ke sekolah,” kata Pak Kepala sekolah sambil membagikan permen pada anak-anak.
Minoru berjalan menuju lapangan. Ia melihat Pak Kepala sekolah sedang membagikan permen. Mata Minoru membulat. Ia pun berlari menuju Pak Kepala Sekolah dengan semangat untuk mendapatkan permen. Pak Kepala Sekolah pun memberikan sebungkus permen untuk Minoru dan Minoru terlihat sangat senang. Pak Kepala Sekolah melihat ke arah Takuya sambil tersenyum. Takuya tersentak. Ia tersenyum lalu memberi salam dan meninggalkan sekolah Minoru.

Di sekolah, Tamadate memamerkan bola basket miliknya yang baru datang dari Amerika dan ia harus memasukkan bola basket itu ke ring. Gon-chan mengambil bola basket Tamadate dan mengatakan bahwa memasukkan bola ke ring itu terdengar keren. Apalagi jika orang dewas melakukan slam dunk ke ring. Dua anak perempuan yang sedang mengobrol pun melihat kea rah Gon-chan dan Tamadate. Fuji kun pun mengatakan bahwa ia pernah melihatnya di majalah kakaknya.
“Di Amerika, sangat mudah sekali mendapatkan sesuatu dan bahkan membeli bola basket sekalipun,” kata Fuji-kun.
“Benarkah?” kata Takuya dengan mata membulat.
“Kalian tahu…Papaku menggunakan komputer setiap waktu, jadi dia membelikannya untukku melalui internet,” kata Tamadate. “Hei, hei, Takuya-kun dan Fuji-kun, kalian mau mampir ke rumahku hari ini?”
“Hah?”
“Untuk menyambut kedatangan bola basket baru ini, ayo kita main basket sama-sama!” ajak Tamadate.
“Itu ide yang bagus,” kata Gon-chan.
Tamadate mengambil bola basket yang dipegang Gon-chan dan mengatakan bahwa ia tak mengajak Gon-chan. Ia pun bertanya pada Takuya apakah ia mau ikut. Takuya berpikir apakah ia ikut atau tidak.

                Takuya membayangkan dirinya sedang bertanding basket. Ia akan melakukan slam dunk dan ia terlihat sangat senang. Bola bergulir ke arahnya dan tiba-tiba bolanya berubah menjadi sekardus popok bayi. “Bola basket ya…”
                Takuya berdiri di dekat palang pintu sambil menunggu kereta yang sedang lewat.  Kereta telah lewat dan Takuya pun berjalan menuju TK Minoru. Sesampainya di TK, ternyata Minoru sedang menangis. Bu Guru Mayumi mengatakan bahwa Takuya datang terlambat dan itu membuat Minoru menangis.
 “Apa? Aku datang terlambat?” tanya Takuya memastikan.
“Kakak…,” kata Minoru sambil memeluk kaki Takuya.
“Benar kan…,” kata Bu Guru Mayumi. “Minoru-chan, apa kamu senang sekarang kakak datang menjemputmu?”
Takuya berkata dalam hati ia bahkan tidak punya waktu untuk bermain basket. Bu Guru Mayumi mengatakan pada Takuya bahwa Minoru mengompol sewaktu tidur siang. Bu Guru Mayumi tahu bahwa Takuya sibuk dan meminta Takuya membawa sprei Minoru ke rumah. Takuya melihat ke arah Minoru. Minoru tersenyum lebar.

Takuya menyuruh Minoru untuk menunggunya sementara ia mengambil sprei-nya. Ia meminta seorang anak untuk menjaga Minoru sebentar. Bu Guru Mayumi mengambil sprei Minoru yang ia letakkan di dalam lemari dan memberikannya pada Takuya.
“Takuya-kun, aku sangat bangga padamu,” kata Bu Guru Mayumi. “Kamu benar-benar merawat Minoru-chan dengan baik dan kurasa itu keren!”
“Nggak juga…,” kata Takuya merendah.
Minoru dengan bermain dengan seorang anak yang Takuya minta untuk menjaga Minoru. Anak itu membuat sebuah menara. Minoru ingin menambah tumbukan di atas menara yang selesai dibuat oleh anak itu, tapi anak itu meminta Minoru untuk tidak menambah tumpukan lagi. Mama anak itu datang menjemput anak itu.
“Kamu telat, benar-benar telat!!” kata anak itu pada Mamanya.
“Oh, tidak! Apa kamu menangis, Masa-kun?” tanya Mama anak itu.
“Aku tidak menangis,” kata anak itu.
Minoru melihat kearah anak itu dan Mamanya. Minoru berdiri sambil melihat ke arah anak itu. Takuya berjalan cepat menuju ke ruang kelas Minoru.Takuya melihat Minoru memukul kepala anak itu sehingga membuat anak itu menangis. Ibu anak itu pun khawatir pada anaknya. Ibu Guru Hitomi datang ke kelas untuk melihat keributan di kelasnya.

“Ada apa?” tanya Bu Guru Hitomi.
“Kenapa juga anak ini?! Ini kesalahan Ibunya!” kata  Ibu anak itu.
Minoru terlihat marah. Sedangkan Ibu anak itu memberitahukan Bu Guru Hitomi apa yang telah dilakukan Minoru. Takuya hanya tertegun melihat apa yang telah terjadi. Ibu anak itu terus menyalahkan Mama Takuya karena kesal. Takuya pun mulai kesal dan membentak Minoru.
“Kakak…,” kata Minoru dengan manja.
“Minta maaf!” bentak Takuya. “Minta maaf sekarang!! Ayo minta maaf!!!”
Minoru menangis sambil memeluk kaki Takuya. “Aku minta maaf…Aku kakaknya,” kata Takuya sambil membungkuk meminta maaf. Dalam hati Takuya menyalahkan Minoru karena Minoru membuat Mama Takuya dijelek-jelekkan oleh orang lain.

Di rumah Takuya mengatakan pada Papanya apa yang telah Minoru lakukan. Takuya merasa ketakutan. Papa Takuya menanyakan pada Takuya apa yang membuat Minoru memukul temannya. Takuya tidak tahu mengapa dan ia engatakan bahwa itu kesalahan Minoru sehingga Ibu anak itu marah dan menjelek-jelekkan Mama Takuya.
“Jadi begitu ya,” kata Papa Takuya.
Minoru terbangun dari tidurnya. Papa menanyakan pada Minoru apa yang terjadi padanya. Minoru melihat ke arah Takuya yang terlihat marah. Takuya memalingkan wajahnya dan membuat Minoru menangis. Papa Takuya menggendong Minoru dan memeluknya untuk menenangkan Minoru.
“Takuya…sudahlah. Maafkan dia,” kata Papa Takuya. “Minoru sudah minta maaf kan?”
“Dia tidak kelihatan menyesal sama sekali!” kata Takuya dengan nada tinggi. “Dia selalu berlagak tidak bersalah ketika hal-hal seperti ini terjadi.”
Minoru melihat Takuya sambil menangis. Ia memeluk Papanya sambil berkata ‘Mama’. Takuya terhenyak mendengar hal itu. Papa menatap Takuya. Takuya terlihat menyesal setelah mendengar Minoru mengatakan Mama.

Di pagi yang cerah, Papa Takuya mengajak Takuya dan Minoru untuk pergi piknik. Ia sudah merencanakannya tapi ia tidak memberitahukan pada Takuya karena ia tidak tahu keadaan cuaca hari ini. Semuanya sudah disiapkan oleh Papa Takuya. Minoru berjalan ke arah kudapan di pinggir meja.
“Iya, aku membeli banyak kudapan!” kata Papa Takuya.
Papa Takuya menyuruh Takuya untuk bersiap-siap. Takuya tersenyum. “Iya,” kata Takuya.
Setelah Papa, Takuya dan Minoru sampai di tujuan, di depan stasiun seorang wanita berdiri menyambut Papa Takuya dengan senyumannya. Papa Takuya pun menyapanya dan membuat Takuya terkejut. Ia melihat ke seorang perempuan yang membawa keranjang dan berjalan kea rah mereka.
“Mereka berdua sungguh mirip Enoki-san!” kata perempuan itu.
“Tentu saja,” kata Papa Takuya. Papa Takuya pun memperkenalkan Takuya bahwa perempuan itu adalah teman kerja Papa Takuya, Otani-san. Papa Takuya mengatakan bahwa Otani-san adalah tamu istimewa mereka hari ini.
“Kamu kakaknya, Takuya-kun kan?” tanya Otani-san memastikan. Otani-san mengatakan pada Takuya untuk menganggapnya sebagai Mamanya untuk hari ini saja. Takuya hanya mengangguk dengan berat, tapi Minoru dengan polosnya memanggil Otani-san dengan sebutan Mama.

Papa Takuya mendekati Otani-san dan mengatakan bahwa Minoru sepertinya menyukai Otani-kun. Otani-san mengatakan pada Papa Takuya bahwa ia sudah sangat akrab dengan keponakannya. Takuya merasa aneh. Ia terlihat tidak senang dengan hal ini.
“Oke, ayo pergi, Takuya-kun!” ajak Otani-san. Takuya mencoba tersenyum sambil melihat ke arah Otani-san yang menggendong Minoru. Ia berjalan sambil menunduk.
Minoru dan Otani-san sedang bermain lempar bola. Dan Minoru terlihat sangat senang. Di kejauhan, Papa Takuya dan Takuya bersantai di dekat sebuah pohon. Papa Takuya tahu ada yang aneh dengan Takuya. “Ada apa, Takuya?” tanya Papa Takuya.
“Heh?”
“Kamu kelihatan tidak senang Otani-san datang bersenang-senang bersama dengan kita,” kata Papa Takuya. “Kamu tidak menyukai Otani-san kan?”
“Bagaimana denganmu Papa? Kamu menyukainya kan?” tanya Takuya.
“Suka? Apa yang kamu bicarakan, Takuya?” tanya Papa Takuya tak mengerti.
Takuya mengatakan pada Papanya bahwa ia tidak butuh Mama sehari. Papa Takuya mencoba menghibur Takuya dengan mengatakan bahwa Minoru terlihat senang dan Otani-san juga berusaha keras untuk membuat Minoru senang. Papa Takuya mengatakan bahwa ia mengerti bagaimana perasaan Takuya, tapi ia ingin Minoru dan Otani-san bermain bersama.

“Papa, bagaimana denganku?” tanya Takuya sedih.
“Hah?”
“Bagaimana dengan perasaanku?” tanya Takuya lagi. “Papa, kau selalu saja mengutamakan perhatianmu pada Minoru. Kenapa aku harus menderita seperti ini? Kenapa harus aku?”
Papa Takuya diam sejenak. Ia lalu berkata bahwa Takuya adalah kakaknya. Takuya mulai merasa kesal. Ia mengatakan bahwa ia tidak mau menjadi kakaknya dan mengatakan bahwa ia membenci Minoru. Tanpa sadar Papa Takuya menampar Takuya.
“Takuya, tabahkan dirimu,” kata Papa Takuya. Takuya terdiam. Papa Takuya meninggalkan Takuya untuk berpikir dan memilih untuk bergabung bersama Otani-san dan Minoru yang sedang bermain.
Takuya duduk sendirian dan memikirkan kata-katanya. Otani-san menanyakan apa yang terjadi pada Takuya pada Papa Takuya. Papa Takuya hanya mengatakan pada Otani-san untuk tidak mengkhawatirkan Takuya.
Hari sudah semakin sore. Papa, Takuya, Minoru dan Otani-san menunggu kereta yang akan membawa mereka pulang. “Yah, terima kasih atas hari ini!” kata Papa Takuya pada Otani-san.
“Oh tidak…Akulah yang seharusnya berterima kasih, Enoki-san,” kata Otani-san. “Aku benar-benar bersenang-senang! Iya kan, Minoru-kun,” lanjut Otani-san sambil menyentuh pipi Minoru.

“Mama…”
“Ayolah, Minoru… Kamu janji kalau kalmu akan bilang dadah…,” kata Papa Takuya pada Minoru.
Otani-san tersenyum. Ia berkata kalau ia harus berusaha keras. “Kalau tidak bersungguh-sungguh, aku tidak akan bisa bersahabat dengan anakku,” kata Otani-san.
Takuya terkejut. Ia tak mengerti apa yang dikatakan Otani-san barusan. “Dia akan segera menikah,” kata Papa Takuya pada Takuya.
“Papamu benar. Tunanganku punya seorang anak seumuran Takuya,” kata Otani-san. “Aku terlalu takut untuk akrab dengannya sebagai seorang Mama.”
Otani-san mengatakan bahwa bertemu dengan Takuya dan Minoru hari ini membuatnya merasa bahwa ia sanggup melakukannya. Takuya terlihat menyesal. Otani-san berkata bahwa ia tidak akan pernah bisa menjadi Mama kandung dan ia tahu bahwa ia salah jika berpikiran bahwa ia bisa jadi Mama untuk anak tirinya nanti. Otani-kun berpikir bahwa ia dan anak tirinya nanti akan saling akur dan cocok.
“Anak yang kehilangan Mamanya dan bagaimana perasaannya, kurasa  aku bisa merawatnya dari jauh, seperti Papamu,” kata Otani-san. Takuya hanya menatap Otani-san tanpa mengatakan apapun.
Otani-san mengucapkan terima kasih pada Takuya dan mengulurkan tangannya. Takuya berkata bahwa ia tidak melakukan apapun dan ia juga terlihat tidak ramah pada Otani-san. Otani-san yang masih mengulurkan tangannya bertanya pada Takuya apakah Takuya ingin membuatnya malu di hadapan semua orang karena Takuya belum membalas uluran tangan Otani-san. Takuya yang sadar dari lamunannya pun meminta maaf lalu membalas uluran tangan Otani-san.

Otani-san masuk ke dalam kereta dan melambaikan tangannya sambil tersenyum. Papa Takuya dan Takuya tersenyum pada Otani-san. Papa Takuya tersadar bahwa Minoru tertidur dalam gendongannya.
“Apa? Benarkah?” tanya Takuya memastikan.
Papa Takuya terdiam. “Takuya, maafkan aku yang memukulmu tadi,” kata Papa Takuya.
“Papa, aku juga minta maaf karena telah berbohong,” kata Takuya. “Ketika aku bilang aku benci Minoru…”
“Aku tahu…,” kata Papa Takuya sambil tersenyum.
Tiba-tiba terdengar suara aneh dari Minoru. “Takuya, apa kamu masih punya popok?” tanya Papa Takuya dengan panik.
“Aku mengganti popoknya tadi dan itu yang terakhir,” jawab Takuya.
Oh…Minoru…Aku harap ia tidak buang air,” kata Papa Takuya. Papa Takuya dan Takuya pun masuk ke dalam gerbong kereta.
Takuya adalah kakak Minoru, dan ia harus banyak sabar atas semua hal yang terjadi. Dan mungkin ia harus banyak bersabar kedepannya.
"Tapi itu tak apa-apa, karena aku adalah kakaknya Minoru..."


Sinopsis Anime : Akachan To Boku Episode 1

Cerita diawali dengan Takuya yang berdiri di dekat sebuah pohon besar. Ia menarik napas lalu menghembuskannya. Tiba-tiba sesosok bayangan Mama Takuya muncul sambil menggendong seorang bayi. Takuya pun berjalan menghampirinya.
"Kamu seorang kakak sekarang..." kata Mama Takuya. Takuya akan menyentuh sang bayi namun angin berhembus sangat kencang dan bayangan Mama Takuya pun menghilang.
Takuya terbangun dari lamunannya karena tangisan Minoru yang sangat kencang. Takuya sedang mengerjakan tugas sekolahnya, sedangkan Minoru terus menangis karena bonekanya rusak. Takuya pun merangkak menghampiri Minoru sambil menahan kesal.

"Hei, hei! Ada apa Minoru-chan?"
Takuya melihat ke arah boneka Minoru yang rusak. "Oh ini kan boneka kesayanganmu Usako-chan... Telinganya sobek."
Takuya mencoba berpikir. Ia pun berkata pada Minoru bahwa Minoru bermain dengan bonekanya dan merusaknya juga. Hal itu membuat Minoru menangis semakin kencang. Takuya pun kesal karena tangisan Minoru. Sedangkan Minoru malah membanting-banting bonekanya.
"Baik! Teruslah menangis!" bentak Takuya.
Tanpa diduga, telinga boneka Minoru terlepas. Minoru tertegun sambil memandangi satu telinga bonekanya yang lepas. Setelah tersadar, Minoru semakin kencang menangis dan membuat Takuya hanya menghela napas.
Takuya melihat tugas sekolahnya yang belum selesai. Pikirannya kembali pada 2 bulan lalu. Saat itu Mama Takuya sedang mendorong kereta bayi. Tanpa diduga sebuah truk melaju ke arah Mama Takuya. Dengan sigap, Mama Takuya mendorong kereta bayinya dengan kuat dan melepaskannya. Papa Takuya berjalan ke arah Takuya dan memberitahukan Takuya bahwa Mamanya meninggal dunia.
Di sekolah, Pak Guru menanyakan apakah ada yang sudah menyelesaikan tugas yang ia berikan sebelum kelas berakhir. Setelah anak-anak memberikan salam, kelas pun berakhir. Takuya akan keluar dari kelas ketika Pak Guru memanggilnya. Pak Guru berjalan menghampiri Takuya dan bertanya tentang tugas yang ia berikan. Ia meminta maaf karena topik yang ia berikan sedikit membebani Takuya.
Di lorong sekolah, Takuya melihat ke lapangan. Teman-temannya sedang asyik bermain bola. Ia memikirkan kata-kata Pak Guru. Tiba-tiba Gon-chan memanggil Takuya dan mengajak Takuya untuk bermain bola bersama. Takuya menolak walaupun ia ingin bermain bersama mereka. Ia harus menjemput Minoru di TK.
Takuya sampai di TK. Minoru sangat senang melihat Takuya. Namun, Takuya malah berpikir ingin menendangnya.
"Ngomong-ngomong, Takuya-kun, setiap anak harus memiliki handuk sendiri," kata Bu Guru Mayumi. Takuya pun hanya mengatakan "ya" dengan ekspresi lelah.
Takuya berjalan pulang sambil menggendong Minoru yang sedang tertidur. Ia menggerutu dan mengatakan mengapa mereka tidak menggunakan handuk biasa dan memberi nama pada setiap handuk lalu menyimpannya di loker penyimpanan.
Di rumah, Takuya memeluk Minoru. Ia merasakan bahwa anak-anak sungguh hangat. "Tapi, aku kan juga masih anak-anak," kata Takuya dalam hati sambil melihat Minoru yang sedang tertidur dalam gendongannya.

Takuya masih belum masuk ke dalam rumah. Ia mendengar suara musik yang ternyata berasal dari earphone Tuan Kimura. Tuan Kimura menyapa Takuya. Suara keras Tuan Kimura membangunkan Minoru yang sedang tertidur. Minoru terisak. Tiba-tiba Nyonya Kimura menyambut kedatangam Tuan Kimura dan menanyakan kabar Takuya dan Minoru.
"Yeah, sayang, aku pulang," kata Tuan Kimura dengan semangat.
Beberapa saat kemudian, Papa Takuya pulang sambil membawa belajaan untuk makan malam mereka. Papa Takuya berkata bahwa ia yang akan memasak makan malam.
"Tapi, kau kan sudah lelah," kata Takuya. "Aku akan mengambil sesuatu."
Papa Takuya menolak. "Kita kan jarang menghabiskan waktu bersama! Dengan masakanku, aku akan makan bersamamu dan Minoru!" kata Papa Takuya dengan menggebu-gebu. Takuya pun hanya tersenyum.
Ketika makan, Takuya mulai menggerutu. Ia mengatakan bahwa Minoru itu curang. Ia berkata bahwa mereka yang bekerja keras dan Minoru hanya bisa menangis dan berteriak sepanjang waktu. Takuya pun mengatakan bahwa Papanya masih berusia 33 tahun tapi terlihat kolot. Papa Takuya pun kaget mendengar kata-kata Takuya. Takuya membandingkan Papanya dengan Tuan Kimura yang usianya sudah 50 tahun tapi masih lincah menari sepanjang jalan pulang kerjanya. Papa Takuya pun membela diri bahwa ia dan Tuan Kimura berbeda. Dan tiba-tiba Minoru menangis. Takuya berlari ke kamar dan memeriksa Minoru. Ternyata Minoru mengompol.
Minoro berlari-lari tanpa mengenakan apapun. Semua pakaian Minoru sedang dicuci oleh Takuya.
Takuya membuka kamarnya. Ia berpikir bahwa ia kehilangan dunianya. Ia pun merasa bahwa kamarnya terlihat seperti tempat yang aneh sekarang. Ia melempar tasnya ke kasurnya dan menutup kamarnya. Ia tidur di kamar bawah bersama Minoru. Ia bertanya-tanya sampai kapan semua ini akan berlangsung. Takuya mulai mengantuk. Ia pun tertidur.
Di perjalanan pulang sekolah, Takuya bercerita bahwa ia mengerjakan tugasnya di ruang makan pada Gon-chan. Ia pun menjelaskan bahwa ia tidak ingin membangunkan Minoru jadi ia tidak bisa lagi mengerjakan tugas sekolah di kamarnya.
"Itu tidak masuk akal," kata Gon-chan. "Katakan pada Papamu untuk menyewa pengasuh saja." Langkah Takuya terhenti. Ia memikirkan kata-kata Gon-chan. Ia tak ingin ada orang asing di rumah mereka. Takuya mendengar suara anak kecil. Ia melihat ke arah anak itu. Ia penasaran berapa umur anak itu. Ia berpikir mungkin anak itu seumuran dengan Minoru tapi dia sudah lancar berbicara.
"Bagaimana dengan adikmu?" tanya Gon-chan.
"Tidak pernah," jawab Takuya.
"Apa?!" tanya Gon-chan tak percaya. "Biasanya, anak seumurannya sudah bisa bicara!"
"Iya"
Gon pun berusaha menghibur Takuya. "Jangan khawatir, anak laki-laki biasanya pemalu."
Di rumah, Minoru sedang bermain. Sedangkan Takuya sedang mengerjakan tugasnya. Beberapa saat, suasana rumah hening. Takuya menengok ke arah Minoru.
"Apa?! I-itu!"

Minoru ingin bermain bersama Takuya. Ia memberikan tak-tik tatapan memelasnya pada Takuya. Takuya berusaha untuk mengacuhkannya. Minoru mendorong kereta mainannya ke arah Takuya dan ia pun terjatuh. Minoru menangis dan Takuya berusaha untuk menenangkan Minoru.
Takuya sedang menjahit gantungan untuk handuk Minoru. Ia melamun dan membayangkan ia bermain bersama teman-temannya. Jarinya tertusuk jarum. "Sakit...." Ia baru ingat bahwa ia kehabisan susu. Ia harus pergi membeli susu lalu melakukan pekerjaan rumah tangga yang lainnya. Ia sedikit khawatir meninggalkan Minoru sendirian di rumah.
Takuya pergi ke sebuah mini market. Ia menggerutu, mengapa ia yang harus melakukan semuanya. "Benar juga. Aku melakukan semua ini karena Papa sibuk kerja. Itu saja," gerutu Takuya.
Di perjalanan pulang, Takuya mendengar tangisan Minoru. Minoru terbangun. Ia pun bergegas pulang. Nyonya Kimura memanggil Takuya dan meminta Takuya untuk meredakan tangisan Minoru. Ia pun menyalahkan Takuya yang tidak menjaganya dengan baik.
Takuya masuk ke dalam rumah dan melihat ke arah Minoru yang menangis. Ia pun bertanya pada Minoru mengapa ia menangis dan berharap Minoru akan menjawabnya. Namun, Minoru hanya menangis.
"Katakan sesuatu! Jangan hanya bisa menangis! Katakan sesuatu!" kata Takuya dengan nada tinggi. Tanpa sengaja Minoru memukul pipi Takuya.
Takuya memeluk Minoru. "Minoru, kumohon jangan menangis," kata Takuya. "Aku tidak tahu mengapa kamu menangis... Kumohon katakan sesuatu..."
Takuya teringat kata-kata Nyonya Kimura yang menyalahkannya. Matanya mulai basah. Ia sudah tidak tahan lagi. Ia pun menangis.

Minoru melihat ke arah Takuya. Ia pun berhenti menangis. Takuya sadar bahwa tidak akan menolong bila ia menangis juga.
Takuya memakaikan sepatu di kaki Minoru. Ia akan mengajak Minoru untuk menjemput Papanya di ujung jalan. Dalam perjalanan, Takuya berpikir untuk lari dari semua ini. Ia pun berjalan jauh di depan tanpa ia sadari. Ia berpikir untuk pergi meninggalkan Minoru dan menghilang. Ia pun sadar dan berlari kembali menyusul Minoru.
Ada seekor anjing yang menghalangi jalan Minoru. Minoru ketakutan dan ingin menangis. Takuya berlari dan dengan cepat menggendong Minoru. Takuya melihat ke arah anjing itu dan berusaha mengusirnya. Takuya berlari kembali ke rumah, namun si anjing mengejar Takuya dan Minoru hingga ke rumah mereka. "Kita aman sekarang," kata Takuya.
Minoru menggenggam baju Takuya dengan erat. "Kak..."

"Heh?"
Minoru memeluk Takuya. "Kakak!" kata Minoru.
"Minoru," kata Takuya tak percaya.
Takuya pun mulai sadar bahwa selama ini Minoru sangat kesepian. Angan-angan Takuya kembali ke masa lalu ketika Mama Takuya menunjukkan Minoru pada Takuya. Takuya pun menyentuh tangan Minoru. Mama Takuya mengatakan pada Takuya bahwa ia sekarang adalah seorang kakak dan meminta Takuya untuk merawat Minoru untuknya.
Takuya menangis. "Maafkan aku..."
"Kakak..."



Bersambung Sinopsis Akachan To Boku Episode 2

Selasa, 18 Februari 2014

Mengenang Masa Kecil Dengan Akachan To Boku

Hmm...baru aja selesai nonton anime favorit saya yang ada di YouTube. Judulnya?? Akachan To Boku a.k.a The Baby And I... Kartun ini berkisah tentang Enoki Takuya yang masih duduk di kelas 5 SD yang harus menjaga sang adik, Minoru yang masih berusia 2 tahun setelah sang ibu meninggal akibat kecelakaan. Selain itu Takuya merasa nggak ada yang nolongin dia, karena teman-temannya bisa main setelah sekolah dan dia harus mengerjakan pekerjaan rumahnya sekaligus menjaga Minoru. Keluarga Kimura juga sering menyalahkan dia karena tangisan Minoru. Tingkat stress Takuya pun mulai naik. Karena Minoru melakukan sebuah kesalahan, Takuya bereakasi berlebihan. Dia mulai merasa marah pada Minoru yang membuat dia kehilangan semua waktunya. Suatu hari Takuya menjemput Minoru di tempat penitipan anak. Tanpa sadar ia mulai berjalan cepat dan berpikir untuk meninggalkan Minoru dibelakangnya. Tapi, Takuya mulai menyadari apa yang telah ia lakukan dan ia berlari ke belakang. Dia nemuin Minoru dengan mata berkaca-kaca dan seekor anjing ( ni anjing sebenarnya cute tapi... ) yang menghalangi jalan Minoru. Dengan sigap Takuya menyelamatkan Minoru. Setelah sampai di rumah, Takuya mendengar isakan Minoru. Takuya pun mulai sadar kalo selama ini Minoru merasa kesepian dan dia menjadi egois. Nah, dari situ Takuya mulai belajar untuk menyayangi Minoru dan menjadi seorang kakak sekaligus seorang ibu untuk Minoru. Jujur episode pertama Akachan To Boku ini bikin saya terharu. Dan anime ini harus ditayangin ulang nih... Kalo jaman dulu saya nonton anime ini di Spacetoon. Tayangnya jam 8 malam dan saya langsung suka sama anime ini. Nah buat kalian yang kangen banget pengin nonton anime ini, silahkan klik disini

Minggu, 16 Februari 2014

Resep Hari Ini : Dapur Umami - Ayam Kung Pao

Ayam Kung Pao...one of my family favourite food :p


Dan chef yang harus masak si ayam kung pao ini adalah....SAYA!! Lagi - lagi SAYA!! Tadi pagi habis bangun tidur dengan nyawa yang belum sepenuhnya ngumpul, saya berjalan menuju dapur untuk meneguk segelas air putih...Dan si Mama bilang, "Yan, itu ada ayam...Nanti kamu yang masak ayam kung pao-nya ya." Dan nyawa saya yang tadinya masih seperempat tiba - tiba langsung full. Antara senang dan nggak senang. Senangnya bisa mengasah kemampuan masak yang pas - pasan dan nggak senangnya selalu aja nggak kebagian si ayam kung pao.

Awal mula saya masak si ayam kung pao ini adalah ketika si Mama baru pulang sambil bawa 2 bungkus saus tiram sachet...dan di keranjang bawang ada warna coklat keemasan si kulit bawang bombay yang nggak biasanya di beli Mama. Iseng - iseng tanya si Mama mau masak apa kok pake bawang bombay segala. Si Mama cuma bilang mau masak ayam di kasih saus tiram, di kasih kecap sama bawang bombay. Dalam hati saya berpikir, apa si Mama ini mau masak ayam teriyaki. Tapi kalo ayam teriyaki kenapa pake saus tiram??

Iseng - iseng saya buka folder video aneka masakan di komputer saya. Saya coba cari resep teriyaki dan ternyata nggak ada yang namanya ayam teriyaki, tapi yang ada si ayam kung pao. Daripada sia - sia nyalain komputer saya yang lemotnya minta ampun, saya akhirnya buka si video ayam kung pao dan....ternyata yang mau dimasak si Mama ini adalah Ayam Kung Pao...

Dengan bangganya saya tunjukkin video ini dan Mama bilang, "Waduh...dimana cari cabe kering sama paprika-nya." Dan saya pun nyeletuk kalo nggak perlu cabe kering sama paprika alias pake bahan - bahan seadanya aja. Dan si Mama bilang, "Kamu saja yang masak, Mama nggak bisa masaknya." Dieng!!! Dengan senang hati saya bilang "OK" Saya pun masak dengan penuh perasaan, dan hasilnya kata si Mama enak!! :) dan ending - endingnya saya nggak kebagian...hiks :'(

Nah, kali ini saya akan membagikan resep Ayam Kung Pao ini . Ini resep yang asli alias bukan modifikasi saya.. :)
 
Ayam Kung Pao


Bahan - bahan :

- 2 bh dada ayam fillet
- 4 bh cabai kering
- 2 btg daun bawang
- 1 bh bawang bombay
- 1 bh paprika
- 40 g kacang mete goreng
- 6 sdm SAORI® Saus Tiram (3 sdm untuk membalur ayam, 3 sdm untuk menumis)
- 1 sdm gula merah
- 50 ml air
- Minyak goreng secukupnya


Cara Membuat :

1. Potong-potong cabai kering, daun bawang, dan bawang bombay. Potong segitiga paprika. Potong dadu dada ayam.
2. Balur ayam dengan SAORI® Saus Tiram, ratakan. Diamkan ± 10 menit. Goreng ayam ± 30 detik , angkat, sisihkan.
3. Tumis cabai kering, daun bawang, bawang bombay, dan paprika hingga harum. Tambahkan gula merah, air, dan SAORI® Saus Tiram.
4. Masukkan ayam goreng, masak hingga matang, angkat, taburkan kacang mete, sajikan.



Rabu, 12 Februari 2014

Apa Sih Flappy Bird itu ?

Flappy Bird?? Apa sih Flappy Bird itu??
Well, sebenarnya game ini adalah game paling simple yang bikin aku ketagihan. Game yang baru - baru ini rame dibicarain di social media sebenarnya udah ada sejak tahun 2013 lalu. Penciptanya adalah Nguyen Ha Dong yang berasal dari Hanoi, Vietnam. Game ini pertama kali dimainkan pada smartphone dengan sistem operasi Android dan IOS. Si Nguyen Ha Dong ini sendiri menggunakan nama Gears Studio sebagai pengembang, tapi cuma berisi satu orang yaitu si Nguyen Ha Dong itu sendiri.

Flappy Bird
Tapi...si burung Flappy ini hanya tinggal kenangan. Sayangnya game ini sudah dihapus dari App Store dan juga Google Play pada 10 Februari 2014. Alasannya? Simpang siur... Di salah satu situs berita menulis bahwa ketentraman Nguyen terganggu karena kepopuleran Flappy Bird ini.
My Last Score
Bagi yang udah punya aplikasi ini masih tetap bisa mainin kok. Bagi yang belum punya silahkan pinjam smartphone mama, papa, adik, kakak, teman, tetangga, kakek, nenek atau siapapun lah yang punya game ini di smartphone mereka. Dijamin ketagihan deh... :)


Rabu, 05 Februari 2014

Cara Memasukkan Cheat Code Action Replay di Emulator DesMuMe 0.9.10



Sebenarnya menggunakan cheat di semua emulator itu bikin game jadi nggak seru. Tapi, saya akan share cara menggunakan cheat di emulator Nintendo DS ( DesMuMe 0.9.10 ).
Langkah :

1.  Buka aplikasi DesMuMe kamu.

2.  Lalu buka game NDS yang akan di cheat. Sebagai contoh saya pakai Harvest Moon : Grand 
     Bazaar.

3.  Setelah kalian buka gamenya, kalian pilih Tool  > Cheat > List.

4.  Setelah itu akan muncul tampilan seperti ini.


5.  Lalu klik Action Replay, dan akan muncul tampilan seperti berikut.

6.  Kalian tinggal copy-paste cheat code yang kalian inginkan. lalu klik Add > Save. Kali ini saya akan memakai cheat Max Money.




     Nah, di Descriptionnya ada tulisan [SELECT] Max Money. Maksudnya adalah kalian harus tekan Select dulu baru Cheat Code akan aktif.




     Baru pertama kali nulis blog ini, jadi masih berantakan nulisnya. Hehehe (^.~)v

NB  :  Punya saya tombol SELECT-nya saya ganti dengan Spacebar gara-gara salah satu
           tombol  keyboard nggak berfungsi.