Minggu, 02 Maret 2014

Sinopsis Anime : Akachan To Boku Episode 3


Langit terlihat cerah. Takuya memukul-mukulkan penghapus papan tulis sambil memikirkan tentang makan malam mereka. Ia kurang menambahkan saus kecap pada ikan panggang saat makan malamnya kemarin. Ia merasa makanannya jadi kurang enak. Takuya terbatuk karena debu kapur tulis yang beterbangan.
Papa Takuya sedang memilih-milih daging ikan panggang. Takuya membantu memilihkan daging ikan untuk Minoru dan meminta Minoru untuk bersabar. Namun, sepertinya Minoru sudah sangat lapar. Papa Takuya memakan daging ikan yang sudah ia pilih. Ia merasakan sepertinya ada yang kurang.
Takuya memberikan daging ikan ke mangkuk makan Minoru. Wajah Minoru terlihat tidak sabar untuk menikmati makan malamnya malam itu. Takuya juga memakan daging ikannya dan merasakan ada yang kurang.
“Rasa ikan panggang ini kurang enak…,” kata Takuya dalam hati sambil mengunyah makanannya.
Sebelum berangkat sekolah, Takuya melihat sebuah brosur. Ia berencana membeli kecap asin sepulang sekolah karena sedang ada diskon kecap asin.
Salah satu penghapus papan yan Takuya pegang terjatuh dan mengenai pakaiannya. Ia pun membersihkan pakaiannya dari debu kapur dari penghapus papan itu. Tiga orang anak perempuan teman sekelas Takuya memperhatikan Takuya dari kejauhan. Mereka merasa kasihan pada Takuya.
Gon-chan mencoba menguping pembicaraan para anak perempuan itu yang membicarakan tentang Takuya. Para anak perempuan itu memuji Takuya yang menjaga Minoru setelah Mamanya meninggal.
“Pasti susah! Tidak ada yang membantu!” kata ketiga anak perempuan itu bersamaan.
Gon-chan mendekati ketiga anak perempuan itu. “Hei, aku juga punya adik lho,” kata Gon-chan. “Aku juga seering menjaga adikku,” lanjut Gon-chan sambil membanggakan diri. Reaksi ketiga anak perempuan itu biasa saja. Tidak seperti reaksi mereka ketika membicarakan tentang Takuya.
“Kalian merasa iba padaku kan?! Ayo bicara yang manis juga tentangku,” kata Gon-chan.
Ketiga anak perempuan itu meninggalkan Gon-chan. Mereka mengatakan bahwa meskipun mereka merasa iba dan bicara yang manis tentangnya, semua itu kembali ke tampangnya. Gon-chan terlihat kesal.
“Gon-chan, ayo pulang sama-sama,” ajak Takuya.
“Kau mencuri perhatian para gadis dengan senyum manismu itu ya?” tanya Gon-chan sambil melirik ke arah Takuya.
“Hah??” kata Takuya tak mengerti.
Gon-chan dan Takuya berjalan bersama. Gon-chan mengatakan pada Takuya bahwa ia akan bermain baseball nanti dan ingin mengajak Takuya untuk berain baseball bersamanya. Takuya menolak karena ia harus menjemput Minoru.
“Mengapa kamu harus menjemput adikmu setiap pulang sekolah?” tanya Gon-chan.
“Ya, karena tidak ada orang lain lagi yang bisa,” jawab Takuya.
“Baiklah, karena besok hari Minggu, pasti ada waktu untuk bermain kan?” tanya Gon-chan.
“Aku harus pergi belanja dan menjaga Minoru,” jawab Takuya.
Gon-chan mengatakan bahwa Takuya menjaga adiknya dengan baik. Ia pun mangatakan pada Takuya bahwa ia tidak pernah menjaga Hiro, adiknya. Takuya tak percaya bahwa Gon-chan benar-benar memiliki adik.
“Tapi…kamu tidak pernah bialng kalau kamu punya adik,” kata Takuya.
“Karena bayi itu menyebalkan jadi aku tidak pernah bilang,” kata Gon-chan.
Gon-chan bertanya pada Takuya mengapa ekspresinya terlihat seperti dia sangat kaget ketika ia mengatakan bahwa ia memiliki adik. Takuya pun menjadi salah tingkah ketika ia melihat Gon-chan yang terlihat kesal.
Di TK, Pak Kepala sekolah sedang bermain ayunan dan mencoba menghibur anak-anak yang ada di sekitarnya. Takuya berpikir bahwa seorang kepala sekolah pun harus punya banyak energi ketika mengajak anak kecil bermain. Takuya pun berjalan menuju kelas Minoru.
Di kelas, Takuya sedang melihat sebuah gambar. Minoru menggambar sesuatu untuk Takuya. “Apa ini…?” tanya Takuya.
“Kamu tidak bisa menebaknya?” tanya Bu Guru balik.
“Ini…ubur-ubur atau sesuatu…,” jawab Takuya.
“Kamu lucu…Ini kan gambar dirimu yang digambar oleh Minoru-kun,” kata Bu Guru sambil tersenyum.
Takuya tak percaya. “Heh? Aku?”
Bu Guru mengatakan pada Takuya bahwa ia meminta anak-anak untuk menggambar orang yang mereka sayangi. Takuya melihat kea rah Minoru. Minoru tersipu sambil mengusap-usap kepalanya. Bu Guru tertawa melihat Minoru, tapi Takuya mengatakan bahwa itu memalukan.
“Kakak…,” kata Minoru sambil menundukkan kepalanya berharap Takuya mengusap kepalanya.
Takuya mengusap kepala Minoru sambil berkata, “Iya, iya, anak pintar.” Minoru tertawa lebar ketika Takuya mengatakan hal itu.
DI supermarket, Minoru ingin sekali coklat. Namun, Takuya melarang dan membawa Minoru menuju rak kecap asin. Takuya mengambil sebotol kecap asin sambil memeriksa masa kadaluarsa kecap asin itu. Tanpa ia sadari Minoru meninggalkannya dan menuju ke rak makanan ringan. Takuya tersadar dan bergegas ke rak makanan dan menemukan Minoru yang memakan sebatang coklat yang ia inginkan tadi.
“Minoru…,” kata Takuya sambil menyentuh kepalanya.
Takuya melihat ke sekeliling. Banyak orang memperhatikan Minoru. Ia pun bergegas mengajak Minoru untuk membayar barang yang ia beli.
Takuya dan Minoru pun berjalan menuju rumah sambil bernyanyi. Di tengah perjalanan pulang, Mama Gon-chan menyapa Takuya. Takuya memberikan salam dan menyuruh Minoru untuk mengucapkan  salam juga.
“Lucunya…dia bisa bilang halo…,” puji Mama Gon-chan. Minoru tersipu. Mama Gon-chan melihat ke arah bungkusan yang dibawa oleh Takuya dan bertanya apakah Takuya baru saja belanja. Ia pun merasa kagum pada Takuya. Ia pun memuji Takuya yang menjaga adiknya dan mengajaknya belanja. Takuya merendah. Mama Gon-chan pun membandingkan Takuya dengan Gon-chan yang tidak pernah melakukan hal seperti Takuya.
“Aku harap dia sepertimu Takuya-kun, walaupun sedikit,” kata Mama Gon-chan.  Mama Gon-chan pun berpamitan. Ia mengatakan pada Takuya untuk memberitahunya jika Takuya membutuhkan sesuatu.
Di rumah Gon-chan, Mama Gon-chan marah pada Gon-chan yang masih saja bermain-main padahal ia meminta Gon-chan untuk menjaga Hiro. Gon-chan pun mengatakan bahwa ada sesuatu yang harus ia kerjakan. Mama Gon-chan pun mulai membandingkan Gon-chan dengan Takuya yang menjaga Minoru dengan baik.
“Itu kan berbeda! Lagipula Hiro tidak lucu sama sekali!!” kata Gon-chan dengan nada tinggi.
Mama Gon-chan mengangkat Hiro dan menunjukkan betapa lucunya Hiro. Hiro menatap Gon-chan dan Gon-chan berpikir sepertinya mata Mama Gon-chan sudah rabun. Gon-chan menarik pipi Hiro dan mengatakan bahwa wajah Hiro menyeramkan. Tanpa diduga Hiro memukul Gon-chan.
“Ahh…Kenapa anak nakal ini memukul wajahku?!” tanya Gon-chan dengan kesal.
“Tadashi,” kata Mama Gon-chan.
“Apa lagi?”
“Besok hari Minggu dan kamu tidak sekolah. Aku harap kamu bisa menjaga Hiro seharian!” perintah Mama Gon-chan.
Gon-chan merasa keberatan. Ia mengatakan bahwa ia ada urusan penting. Maa Gon-chan pun meradang. Ia kembali membandingkan Gon-chan dengan Takuya. Ia mengatakan pada Gon-chan bahwa jika Hiro memiliki kakak seperti Takuya maka Hiro pasti akan senang

“Itukah yang Mama inginkan?” tanya Gon-chan.
Mama Gon-chan tersenyum sambil berkata, “Benar sekali. Semuanya akan jadi menyenangkan bagi Hiro jika dia punya seorang kakak penyayang,” kata Mama Gon-chan.
“Akan kutunjukkan padamu,” kata Gon-chan.
Minoru menyodorkan cangkirnya yang kosong pada Takuya. Minoru ingin segelas jus lagi. Takuya heran mengapa jusnya sudah habis lagi. Takuya mendengar Gon-chan memanggil namanya. Takuya pun bergegas menemui Gon-chan di depan pintu.
Gon-chan menyodorkan Hiro pada Takuya. Takuya heran. Gon-chan memperkenalkan Hiro pada Takuya. Takuya berpikir bahwa wajah Gon-chan dan Hiro sangat mirip. Takuya jadi ingin tertawa melihat mereka berdua.
“Ada apa?” tanya Gon-chan.
“Ah tidak apa-apa,” jawab Takuya.
Minoru berlari menyusul Takuya. Gon-chan mengatakan pada Minoru bahwa ia membawa teman bermain untuk Minoru. Minoru melihat ke arah Hiro. Ia sedikit takut pada Hiro. Hiro menarik rambut Minoru. Gon-chan berpikir bahwa Hiro dan Minoru terlihat akrab.
“Senangnya, akhirnya Minoru ada teman bermain. Aku jadi punya waktu senggang!” kata Takuya dalam hati.
Hiro menarik-narik rambut Minoru. Gon-chan meminta Hiro untuk berhenti melakukannya. Gon-chan kelur dari rumah Takuya. Ia berpamitan dan mengatakan pada Takuya untuk bersenang-senang. Takuya tak mengerti apa yang telah terjadi.

Di dalam rumah, Takuya berpikir mungkin Gon-chan sedang sibuk menjaga toko dengan orangtuanya. Minoru dan Hiro sedang menggambar bersama. Minoru terlihat senang menggambar. Tiba-tiba Hiro mengambil krayon yang sedang digunakan Minoru. Minoru pun mengambil krayon lainnya. Hiro kembali mengambil krayon yang dipakai Minoru. Minoru mengambil krayon lainnya lagi dan Hiro mengambil krayon Minoru lagi. Minoru terlihat takut. Hiro kemudian menggambar dengan menggunakan keempat krayon itu bersamaan. Krayon itu pun patah dan mengenai dahi Minoru. Minoru pun menangis dan mengagetkan Takuya yang sedang asyik membaca buku.
“Minoru, ada apa?” tanya Takuya. Minoru berlari memeluk Takuya sambil menangis. Hiro hanya melihat ke arah Takuya dan Minoru. “Tidak apa-apa. Sakit, sakit, pergilah… Sakit, sakit, pergilah…,” kata Takuya sambil mengusap dahi Minoru. Hiro masih menatap ke arah Takuya dan Minoru dengan tatapan aneh.
Takuya sadar bahwa Hiro memperhatikannya. Ia melihat ke arah Hiro namun Hiro memalingkan wajahnya dan berpura-pura bermain. Takuya masih menatap Hiro dan berpikir mungkin Hiro merasa kesepian.
Di halaman rumah, Minoru dan Hiro bermain bola bersama. Minoru akan mengambil bola ketika Hiro menendangnya. Minoru  keheranan dibuatnya. Minoru akan mengambil bolanya lagi dan Hiro pun berlari dan mengambil bola itu. Minoru jatuh berguling. Minoru terisak dan memanggil Takuya. Takuya datang lalu memeluk Minoru.
“Ya ampun, bisakah kalian berdua bermain tapi tidak bertengkar? Main yang aku ya…,” kata Takuya.
Hiro melempar bola ke Takuya. Bola pun terpental dan mengenai Nyonya wajah Nyonya Kimura yang sedang berjalan. Nyonya Kimura mendekati dinding rumah Takuya dan mengira Takuya memiliki dua adik bayi.
“Tidak, dia ini adiknya teman sekelasku,” kata Takuya.
“Satu saja sudah membuatku pusing, sekarang kamu merawat anak bayi lain… Kuharap hari ini takkan jadi harinya perang tangisan,” keluh Nyonya Kimura.
Minoru memeluk Takuya dengan erat. Nyonya Kimura berpikir mungkin dua bayi takkan membuat suasana lebih parah dan mengatakan pada Takuya untuk memberitahunya jika Takuya membutuhkan sesuatu.“Gon-chan kamu sedang apa sekarang?” tanya Takuya dalam hati.
Di rumah, Gon-chan sedang asyik bermain game. Mama Gon-chan datang dan memukul kepala Gon-chan dengan keras. Mama Gon-chan menanyakan tentang keberadaan Hiro pada Gon-chan. Gon-chan mengatakan bahwa Hiro berada di tempat yang aman dan meminta Mamanya untuk tidak mengkhawatirkan Hiro.
“Apa katamu?!! Tega-teganya kamu…Kamu pikir yang begitu itu kakak yang baik?” kata Mama Gon-chan marah. “Mengapa kamu tidak belajar sesuatu dari Takuya-kun? Kasihan Hiro…”
Gon-chan mulai kesal. Ia mengatakan bahwa Hiro berada di rumah Takuya. Mama Gon-chan terlihat kaget dan tak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan Gon-chan. Papa Gon-chan datang dan meminta mereka untuk menghentikan keributan itu. Mama Gon-chan mengatakan pada Papa Gon-chan bahwa Gon-chan meninggalkan Hiro di rumah Takuya.
“Mengapa kamu melakukan hal seperti itu?” tanya Papa Gon-chan. Gon-chan diam. “Tadashi!!!”“Bukankah Ayah mendengar apa yang Ibu katakan?” tanya Gon-chan. Mata Gon-chan berkaca-kaca. “Alangkah senangnya jika Hiro bisa mempunyai kaka seperti Takuya… Itu sebabnya aku pikir akan lebih baik bagi Hiro jika dijaga oleh Takuya daripada olehku…”
Mama dan Papa Gon-chan terdiam dan mendengarkan keluh kesah Gon-chan. Gon-chan merasa iri dengan Takuya yang terkenal di sekolah dan bisa menjaga adiknya bahkan melakukan kegiatan rumah tangga. Gon-chan berpikir bahwa ia sangat tidak berguna dibandingkan dengan Takuya. Gon-chan pun menangis.
“Apa kamu pikir Takuya-kun tidak punya perasaan tertekan sepertimu juga? Bagaimana dia menjaga adiknya, bagaimana dia melakukan semua pekerjaan rumah tangga?” tanya Mama Gon-chan.
Gon-chan berhenti menangis. Ia melihat ke arah Mamanya. “Dia melakukan semua itu karena dia tidak punya pilihan lain, karena Mamanya sudah tiada… Apa kamu mengerti sekarang?” Mama Gon-chan mengatakan pada Gon-chan bahwa setiap kali ia bertemu dengan Takuya, Takuya selalu terlihat gembira. Gon-chan mulai menyadari kesalahannya.
“Coba kamu pikir bagaimana jika kamu menjadi Takuya-kun?” tanya Mama Gon-chan.
Papa Gon-chan memukul kepala Gon-chan menyuruh Gon-chan untuk bergegas menjemput Hiro. Gon-chan beranjak dan menuju rumah Takuya. Ia berkali-kali menggedor pintu rumah Takuya, namun sepertinya Takuya sedang tidak ada di rumah. Nyonya Kimura yang mendengar Gon-chan yang memanggil-manggil Takuya pun mengatakan bahwa Takuya dan anak-anak baru saja meninggalkan rumah.
Di taman, Takuya, Minoru dan Hiro sedang bermain pasir bersama. Takuya dan Minoru bernyanyi sedangkan Hiro serius bermain dengan pasir. Hiro mencoba untuk lebih akrab dengan Hiro namun sepertinya Hiro tidak ingin. Ia berpikir mungkin Hiro merasa cemburu karena ia lebih perhatian pada Minoru. Takuya menatap Minoru yang sedang asyik bermain pasir. Ia merasa mungkin Minoru kesepian saat di playgroup saat menantikan kedatangannya.
“Hiro, kakakmu sebentar lagi akan kesini menjemputmu,” kata Takuya.
Takuya melihat Gon-chan yang berlari untuk mencari Takuya. Takuya pun memanggil Gon-chan. Takuya berlari menghampiri Gon-chan dan mengatakan bahwa Hiro kesepian tanpa Gon-chan. Gon-chan meminta maaf pada Takuya karena telah merepotkan Takuya.
Seekor anjing berjalan mendekati Minoru dan Hiro yang sedang asyik bermain. Minoru menangis ketakutan dan berteriak memanggil Takuya. Takuya melihat ke arah Minoru dan Hiro serta seekor anjing yang menyalak pada mereka.
“Si anjing bodoh, Francoise!!” kata Gon-chan. Gon-chan bermaksud melompati pagar taman, namun kakinya tersangkut dan ia menarik kaos Takuya untuk berpegangan.
“Gon-chan lepaskan aku!” kata Takuya sambil berusaha melepaskan pegangan Gon-chan.
Anjing it uterus menyalak pada Minoru dan Hiroko. Minoru memberanikan diri untuk melihat anjing itu namun ia ketakutan. Ia terus memeluk Hiro sambil memanggil Takuya. Mata Hiro berkaca-kaca. Ia juga takut dengan anjing itu. Hiro menangis. Minoru melihat ke arah Hiro. Ia teringat ketika Takuya mengusir anjing itu. Minoru memeluk Hiro dan mereka pun terjatuh. Si anjing mengendus Minoru dan Hiro lalu pergi meninggalkan mereka setelah Gon-chan gagal menendang anjing itu.
“Pergilah, dasar anjing bodoh!” kata Gon-chan.
Takuya berlari ke arah Minoru. Mata Minoru berkaca-kaca. Takuya memeluk Minoru yang menangis. Ia mencoba menenangkan Minoru. Hiro menarik celana Gon-chan. Ia menangis. Gon-chan melihat kea rah Hiro lalu berkata,” Hiro, maafkan aku…”
Gon-chan mengajak Hiro untuk pulang. Sebelum pulang, Gon-chan berterima kasih pada Takuya yang telah menjaga Hiro. Takuya mengatakan pada Gon-chan bahwa Hiro menunggu Gon-chan sepanjang waktu.
“Hiro memang lucu ya…,” kata Takuya.
Gon-chan tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. “Menunggu kedatangan kakanya tanpa menangis, kurasa itu bisa dibilang lucu…,” lanjut Takuya. Takuya mengatakan pada Gon-chan bahwa bagaimanapun juga Gon-chan adalah kakaknya Hiro. Takuya pun berusaha untuk menjadi kakak yang baik untuk Minoru.
Gon-chan mengusap rambut Minoru. “Yah…bagaimanapun juga kamu memang hebar Minoru!” puji Gon-chan. “Kamu mempertaruhkan nyawamu demi melindungi anak perempuan. Itulah yang disebut lelai sejati.”
Takuya terkejut. “Hah? Anak perempuan? Siapa yang anak perempuan?” tanya Takuya memastikan.
“Apa maksudmu siapa? Hiro satu-satunya anak perempuan disini. Namanya Gotou Hiroko,” jelas Gon-chan.
Minoru dan Takuya terkejut. Mereka seperti tidak percaya bahwa Hiro adalah anak perempuan. “A-apa?? Kamu tidak pernah bilang kalau dia itu anak perempuan!” kata Takuya.
“Apa yang kau harapkan, bodoh? Ketika aku memperkenalkannya apa aku harus bilang, ‘Ini Hiro, adik laki-lakiku’?!” kata Gon-chan.
“Aku…yah..gimana ya…,” kata Takuya salah tingkah.
“Lihat baik-baik, dia jelas-jelas anak perempuan,” kata Gon-chan sambil mendekatkan Hiro pada Minoru.
Hiro memegang tangan Minoru. Dia terlihat menyukai Minoru. Gon-chan mengatakan bahwa Hiro jatuh cinta pada Minoru. Minoru terihat takut pada Hiro. Gon-chan berseloroh bahwa sebagai kakak ia harus mendukung kisah cinta ini. Takuya hanya melihat Minoru dengan bingung.
Di rumah Gon-chan, Gon-chan menceritakan bahwa Hiro menyukai seseorang. Papa Gon-chan pun mendukung Hiro. Gon-chan pun mengatakan bahwa ia juga akan mendukung Hiro. Hiro membayangkan wajah Minoru. Sedangkan di rumah Takuya, Minoru sedang demam dan mengigau setelah kejadian itu.

Bersambung ke Sinopsis Anime : Akachan To Boku Episode 4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar